Pic By : Sarah Reid |
Akhir-akhir ini aku sedang asik stalking akun sosmed para pelaku seni kesukaanku, aku mencari apa latar belakang pendidikan mereka, karya yang pernah mereka buat (utamanya karya tulis). Benar saja, aku kagum. Mereka yang aku pikir berada di panggung hiburan karena bermodalkan tampang dan paling tidak suara yang enak di dengar, tertanya punya sisi lain yang banyak orang tidak ketahui. Ada yang memiliki gelar sarjana dari Universitas yang tidak main-main kualitasnya. Ada pula yang mendapat beasiswa untuk jenjang S2.
Aku terkesan dengan jadwal mereka di layar kaca dan acara-acara off-air, mereka juga masih mementingkan pendidikan. Dan itu aku anggap sebagai karya mereka juga.
Ngomong-ngomong soal karya, aku tidak ingat apa karya yang telah aku buat hingga usiaku sekarang ini -- atau memang tidak ada. Saat stalking itu pun aku sadar dan memiliki keinginan untuk memiliki sebuah karya, apapun itu. Tentu dalam hal positif. Dan aku pun berpikir tentang apa hal yang paling mudah untuk aku lakukan dan yang paling aku suka. Menulis. Mungkin itu yang bisa aku jadikan 'karya' buatanku.
Ya memang keterampilan ini banyak sekali orang yang memilikinya. Tapi 'tak apa, aku hanya ingin berkarya. Karena aku sadar, aku akan tua, akan mati dan menghilang dari dunia nyata.
Lalu apa yang bisa orang kenang dariku? Maka -- saat ini -- aku memilih menulis, tentang apa saja, dimana saja, tentang ilmiah, tentang sosial, tentang sastra, atau juga tentangmu. Haha.
Semua penulis akan meninggal. Hanya karyanya yang kaan abadi sepanjang masa. Maka, tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti - Ali bin Abi Thalib
Saya juga sama memilih menulis untuk berkarya sekaligus bahan mengekspresikan diri. Hehehe...
BalasHapusVisit juga blog saya : www.hanifbonbon.com
Iya Mas Hanif, sama-sama berkarya dan saling koreksi satu sama lain ya. Saling mengingatkan. Hehe
HapusSemangat!
BalasHapusPram bilang, menulis adalah keberanian :)
Siap, terima kasih mbak Nufira.
HapusQuote terakhirnya ngena banget bikin semangat :)
BalasHapusIya mas Fikri semangat berkarya, biar nanti mati nggak cuma tinggal nama. haha
HapusIyaa menulis untuk keabadian, setidaknya akan ada yg dikenang secara fisik dibanding hanya memori di ingatan saja. :)
BalasHapusSip mas
Hapus